Tugas Softskill
Bahasa Indonesia II
Universitas Gunadarma
“TATA BAHASA”
Kelompok : Annisa
Fitri
Ira Nirmala
Nanda Dwi
Cahyani
Tomy Prasetyo
Kelas : 3EB22
– 2014/2015
TATA KALIMAT
A.
Pengertian Tata Kalimat
Tata
kalimat adalah kaidah penyusunan kata sehingga menjadi kalimat yang baik dan
benar dan mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
B.
Ciri-ciri Tata Kalimat
Apakah
tuturan yang kita hasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat. Salah satu
syaratnya adalah kelengkapan unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek,
keterangan, pelengkap.
1.
Subjek
Subjek
(S) adalah bagian kalimat yang mennjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal,
atau masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek dapat diketahui
dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa predikat.
Contoh:
a.
Mahasiswa mengerjakan tugas makalah.
b. Meja
direktur besar
2. Predikat
Prediket
(P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu, melakukan (tindakan) apa atau
keadaan bagaimana subjek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula
mengenai sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S.
Predikat
dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa subjek.
Contoh:
1.
Mahasiswa menyusun skripsi.
2. Ibu
sedang tidur siang.
3.
Objek
Objek(O)
adalah bagian kalimat yang melengkapi P (Prediket). Letak objek (O) selalu
dibelakang P. Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek hanya
terdapat pada kalimatyang predikatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
a.
Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya.
b.
Masalahnya dikemukakan oleh mahasiswa itu.
4.
Pelengkap
Pelengkap
(pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi prediket (P). Letak
Peengkapl umumnya di belakang predikat yang berupa verba.Pelengkap tidak dapat
menjadi subjek sebab tidak dapat dipasifkan.
Contoh:
a.
Mereka belajar matematika dengan sungguh-sungguh
b.
Banyak orsospol berlandaskan Pancasila.
5.
Keterangan
Keterangan
(ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian
kalimat yang lainnya. Unsur ket dapat berfungsi menerangkan S,P,O, dan Pel.
Posisinya bersifat nama suka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam-macam Keterangan dalam kalimat yaitu keterangan
tempat, waktu, alat, tujuan, cara, penyetara, simulatif, penyebaban dan
kesalinagan. Posisi keterangan dapat berpindah-pindah di depan, tengah, atau
akhir kalimat.
Contoh:
a.
Mereka belajar di perpustakaan.(ket. Tempat)
b.
Rustam sekarang sedang belajar (ket. Waktu)
Ruang
Lingkup Sintaksis
A. Pengertian Sintaksis Menurut Para Ahli
W.M.Verhaar
(1999:161)
Verhaar mendefinisikan sistaksis sebagai ilmu yang membahas hubungan antar-kata
dalam tuturan.Hubungan antar-kata tersebut meliputi satuan gramatikal yang
meliputi frasa, klausa, dan kalimat.
Hari
murti Kridalaksana (1982:154)
Kridalaksana menyatakan bahwa sintaksi adalah: (1) pengaturan dan
hubungan antara kata dengan kata,dengan satuan-satuan yang lebih
besar, antara satuan yang lebih besar itu dalam bahasa; (2) Sub sistem bahasa
yang mencakup hal tersebut; (3) Cabang linguistik yang mempelajari hal
tersebut.
Rustam
Rusmadji (1993:2)
Hampir sama dengan pakar sebelumnya, Rusmadji mengemukan definisi sintaksis
sebagai subsistem tata bahasa yang mencakup kelas kata dan satuan-satuan yang
lebih besar yaitu frasa,klausa,kalimat dan hubungan-hubungan diantara
satuan-satuan sintaksis tersebut.
Djoko Kentjono (1982:53)
Menurut Djoko Kentjono, sintaksis adalah ilmu yang berusaha
menerangkan pola-pola yang mendasari satuan-satuan sintaksis serta
bagian-bagian yang membentuk satuan-satuan tersebut.Selain itu, sintaksis juga
membahas tentang alat-alat hubung untuk menghubungkan bagian pembentuk (konstituen)
satuan sintaksis serta menunjukkan makna gramatikalnya.
Gleason
Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu yang membicarakan seluk beluk wacana
kalimat, klausa dan juga frase.
Robert (1964:1)
Sintaksis
adalah bidang tata bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan
cara-cara menyusun kata-kata itu untuk membentuk sebuah kalimat.
Ramlan (1976:57)
Sintaksis
adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat.
Fromkin dan Rodman
Sintaksis
adalah bagian dari pengetahuan linguistik yang menelaah struktur kalimat.
B.
Ruang Lingkup Sintaksis Beserta Contoh
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli seperti di atas,maka
ruang lingkup sintaksis mencakup kata, frasa, klausa, dan kalimat. Intinya
adalah semua komponen yang menelaah tentang struktur kalimat.
1.
Kata
Kata dapat dikelompokkan menurut kategorinya, yaitu nomina, verba, adjektiva,
adverbial, numeralia, preposisi, konjungsi, dan pronomina.Dalam konteks
sintaksis, verba,nomina, dan adjektiva adalah kategori utama, sedangkan yang
lain adalah kategori tambahannya.
2. Frasa
Pengisi fungsi sintaksis dapat berupa kata dan dapat berupa pula frasa.Sehingga
ada jenis frasa yang berupa frasa nominal,frasa verbal, dan frasa
adjektifal.Selain itu, ada juga frasa adverbial,frasa numeral, dan frasa
preposisional.Dilihat dari hubungan kedua unsurnya dikenal adanya frasa
koordinatif, dan frasa subordinatif.
Frasa nominal adalah kelompok kata yang sama-sama
berdistribusi kata benda (nomina).Contohnya dalam Bahasa Aceh
seperti bajèe brôk, rumôh batee, pinto busoe,dll.Kategori ini
merupakan pengisi fungsi subjek (S) dan objek (O).
Frasa verbal adalah kelompok kata yang
berdistribusi sama berupa kata kerja (verba), Contohnyagohlom deuek,
h’an trôk, gohlom geuwoe,ka leupah, ka matee, dll.Kategori ini merupakan
pengisi fungsi predikat (P).
Frasa adjektifal adalah kelompok
kata yang berdistribusi sama berupa kata sifat (adjektifa).Contohnya ceudah
that, caröng that,teungöh sakét, brȏk that,hana trép,dll.Kategori ini
bertugas sebagai pengisi fungsi predikat (P) dan keterangan (ket.)
Frasa numeral adalah kelompok kata
yang memiliki distribusi sama kata bilangan (numeralia).Contohnya limöng
neuk, dua ribèe, lhè jeungkai, dll.Frasa preposisional adalah kelompok kata
yang berdistribusi kata depan .Contohnya di gampông, u kuta, ngön moto,
dll. Terakhir ada frasa adverbial yang berfungsi sebagai pengisi fungsi
sintaksis kategori kata keterangan.Contohnya seperti buno beungӧh,
baroe supôt,dll.
Dilihat
dari keutuhannya sebagai frasa, maka frasa terbagi menjadi:
A. Frasa Endosentrik
frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya. Frasa endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
Frasa endosentrik yang
koordinatif, yaitu: frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, biasanya
sering dihubungkan dengan penghubung. Misalnya dalam Bahasa Aceh seperti mawa-abuwa,
lakoe ngön binoe, haluwa atawa dôdôi.
Frasa endosentrik
yang atributif, yaitu frasa yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Sehingga unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan.Misalnya: Mano
laôt,saka takengon,boh mamplam maméh.
boh
mamplam merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional
sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur terpenting,
sedangkan maméh merupakan atributif atau sebagai pelengkap.
Frasa endosentrik yang
apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.Kedudukan
kata dalam frasa ini dapat ditukarkan atau dibalik.Misalnya
Si ma’e, aneuk pak keuchiek, sép lagak ureuengjih.Atau Aneuk pak
keuchiek, si Ma’e, sép lagak ureuengjih.
Dalam
frasa Si Ma’e, aneuk Pak keuchiek secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini
unsur aneuk Pak keuchiek, sama dengan unsur lainnya, yaitu si
Ma’e. Karena, unsur aneuk pak keuchiek dapat menggantikan
unsur si Ma’e. Perhatikan jajaran berikut:
Si
Ma’e, aneuk Pak keuchiek, sép lagak ureuengjih.
Si
Ma’e, …., sép lagak ureuengjih
….,
aneuk Pak keuchiek sép lagak ureungjih.
B. Frasa Eksosentrik
Frasa
eksosentrik ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya.
Misalnya: Gobnyan
geujak woe u gampȏng.
Frasa u
gampông tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Gobnyan geujak woe u….
Gobnyan
geujak woe….gampȏng
Dilihat dari hubungan kedua unsurnya dikenal adanya frasa koordinatif, dan
frasa subordinatif.Frasa koordinatif adalah frasa yang kedua unsurnya
sederajat.Frasa koordinatif terbagi lagi menjadi:
a. Frasa nominal koordinatif seperti dalam Bahasa Aceh, Glé neuheun,
manok iték.
b. Frasa
verbal koordinatif contohnya bloe peubloe.
c. Frasa ajektival koordinatif,contohnya get brôk, tuha muda, ubiet
rayek.
Sedangkan frasa subordinatif adalah frasa yang kedudukan kedua unsurnya
tidak sederajat, yang satu menjadi atasan dan yang lain menjadi bawahan.Frasa
subordinatif terbagi lagi menjadi:
a. Frasa nominal subordinatif seperti sidroe ureueng, sate kaméng,
saboh teumpat.
b.Frasa verbal contohnya seperti kaleuh pajôh bu, gohlom manô,teungöh
piyôh hèk.
c.Frasa adjektifal contohnya seperti jiôh that, hana tari,mangat that.
3. Klausa
Klausa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang terikat oleh subjek dan
predikat.
Contoh : Gobnyan geujak
s p
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa yaitu :
a.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya
unsur utama klausa, yaitu S dan P. Dalam klausa, S adalah unsur yang boleh
tidak hadir, sedangkan P sebagai unsur inti klausa yang selalu harus
hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya, berikut klasifikasinya :
1.
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini
diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P.
2.
Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.Misalnya
Teungӧh geuceumeucop mak lam kama.
P
S
ket.
3.
Klausa Tidak Lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir.
Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja.
Soe nyan? ureueng nyang peugӧt
meusekatlon.
S
Hoe adoekeuh? Ka dijak keumawé
P
b.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik
menegatifkan predikat.
Unsur
negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan
P menghasilkan :
1. Klausa Positif ialah
klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contohnya,gobnyan tuha peuet bak gampȏng nyoe.
2. Klausa Negatif ialah
klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.Contohnya, gobnyan
bukӧn tuha peuet gampông nyoe.
c.
Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Klausa Nominal ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh: Maklon sidroe gurè bak sikula.
1. Klausa Verba ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh: Ayahjih ka geuba u rumôh sakét.
1. Klausa Adjektiva ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
adjektiva.Contohnya aneuk ureuengnyan maméh that.
2. Klausa Numeralia ialah
klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.Contohnya,aneuk
cudalôn dua droe.
3. Klausa Preposisional
ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisional.Contohnya, mie di ateuh tika éh.
d.
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
1. Klausa Bebas ialah
klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas
memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai
predikat dalam klausa tersebut.Contohnya, aneuk nyan badanjih
leupi, tapih gakijih seu-uem.
2. Klausa terikat ialah
klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya
berpotensi untuk menjadi kalimat minor.Contohnya,semua murid sudah pulang
kecuali yang dihukum.
e.
Klasifikasi klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Menurutnya
klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam
kalimat.
1. Klausa Atasan ialah
klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain.Contoh :
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
2. Klausa Bawahan ialah
klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang
lain.Contoh : Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
3. Kalimat
Kalimat
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan makna
minimal terdiri dari subjek dan predikat dan diakhiri oleh tanda baca.
Kalimat
terbagi atas:
1. Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti
pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu
atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur
tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal
Susunan Pola Kalimat
Ayah sakét.
S-P
Mak geupajôh bu.
S-P-O
Abuwa ka geujak u banda bunoe beungӧh
S-P-O-K
Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
Sebuah kalimat tunggal
yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu
membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah
ada.Misalnya: Pancuri ka jidrop. (kalimat tunggal)
Pancuri nyang cue meueh nyan ka jidrop.(subjek pada kalimat
pertama diperluas)
Penggabungan dari dua
atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih
pola kalimat.
Misalnya: Chiek teungöh
geumagun.(kalimat tunggal I)
Mak teungöh geucang gulè.(kalimat tunggal II)
Chiek
teungӧh geumagun,seudangkan Mak teungöh geucang gulè.
Berdasarkan
sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
Kalimat majemuk setara
Kalimat
majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya
sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
1. a. Kalimat majemuk setara
menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas.Misalnya: Si Nyak
Jah that caröng ngӧn tarie lom.
2. Kalimat majemuk serta
memilih. Biasanya memakai kata tugas.
3. Kalimat majemuk setara
perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tapi, malingkan.
Misalnya:Jih hana kaya,tapi gasien jih.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang
diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan
kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat
yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a.
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: soalnyan ka meuphom jih
P S
bah beuet masalah seumayang ka meuphom jih
anak kalimat pengganti subjek
b.
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: jih jipeugah lagèe nyan.
Jih jipeugah hana peng barosa
c.
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
d.
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah geuwoe malam uroe.
S
P
K
Ayah geuwoe watèe kamoepajôh bue malam
anak kalimat pengganti keterangan
3)
Kalimat majemuk campuran
Kalimat
majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan
beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola
kalimat.
3. Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a.
Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan
sekaligus menjadi inti kalimat.
b.
Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru
sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c.
Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas
keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat
transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh
kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a.
Kalimat Inti. Contoh: Si Aminah teungӧh sakét.
c.
Kalimat transformasi.
i)
Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah
kalimat luas.Contohnya, Adoelôn teumo-mo muba-e baroe beungӧh.
ii)
Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat
luas.Contohnya, adoelôn teumo-mo muba-e ngӧn jimeurunéng jilakè
komputer.
iii)
Dengan perubahan kata urut kata. Contohnya, adoelôn ka jikliek.
4. Kalimat Mayor dan Minor
a.
Kalimat mayor
Kalimat
mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh:Ceceklôn
na lam kama.
b.
Kalimat Minor
Kalimat
minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: iem!,pu
peugah?
5. Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singkat,
jelas, dan tepat.
Jelas
: berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat
: hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat
: sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
6.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat
tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat
yang terdapat pada kalimat efektif.
Referensi
Verhaar,J.W.M.1999.Asas-Asas
Linguistik Umum.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kentjono,Djoko.1982.Dasar-Dasar
Linguistik Umum.Jakarta: Fakultas Sastra Universitas
Indonesia
Ba’dulu,
Abdul Muis. 2004. Morfosintaksis.Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer,
Abdul.2007.Kajian Bahasa.Jakarta: Rineka Cipta.
Samsuri.1985.Tata
Kalimat Bahasa Indonesia.Jakarta: Sastra Hudaya.
Chaer,
Abdul. 2009. (Pendekatan Sintaksis Bahasa Indonesia Proses).Jakarta:
Rineka Cipta.
Irwan.(2011).Frase,Klausa,Kalimat.[online].Tersedia:http://irwansipetualang.blogspot.com/2011/10/frase-klausa-dan-kalimat.html
[4 Oktober 2012]
Widyartono,
Didin.(2008).Frase,Klausa, dan Kalimat.[online]. Tersedia:http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frase-klausa-dan-kalimat/ [4
Oktober 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar